Tulisan ini gak ada hubungannya sama “Internet cepat untuk apa”-nya Pak Menkominfo yang kemarin yah. :p
Jadi, menurut Kamu….menulis itu untuk apa?
Pramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa menulis adalah sebuah keberanian. Sebuah pekerjaan keabadian.
Mbak Rindu Ade mengatakan bahwa menulis itu menyembuhkan. Kita menulis untuk berdamai dengan masa lalu Kita.
Ada juga yang pernah mengatakan (Saya lupa siapa) menulislah apa yang ingin Kita baca. Bukan semata-mata menulis untuk sekadar dibaca orang lain kemudian berharap pujian datang, tapi lebih dari itu.
Ada juga yang pernah mengatakan (lagi-lagi Saya lupa siapa) menulis untuk memberikan inspirasi ke orang yang membacanya. Memberikan kebermanfaatan dan menjadi amal ibadah bagi Kita kelak.
Ya, bagi Saya semuanya benar. Setiap orang pasti punya alasannya masing-masing kenapa mereka (harus) menulis.
Ingin menambahkan, ketika Kita menulis dan lalu mem-publish-nya di dunia maya (entah blog, entah portal berita, entah portal gagasan, atau bahkan sekadar menulis status Facebook maupun nge-tweet di Twitter) berarti secara tidak langsung Kita menambahkan satu lagi alasan mengapa kita menulis. Untuk berbagi.
Berbagi. Entah berbagi hal yang baik atau hal yang buruk. Entah berbagi hal yang positif atau hal yang negatif. Saya teringat pernah membaca sebuah tulisan di blog Tatty Elmir tentang ini. Beliau, kurang lebih, mengatakan bahwa Kita harus berhati-hati setiap ingin mem-publish tulisan Kita. Pastikan sebelum kita mem-publish-nya, Kita membacanya lagi, dan bayangkan apakah tulisan itu memberikan hal yang positif ke orang-orang yang membacanya, atau malah memberikan hal yang negatif. Jika itu hal yang positif, bersyukurlah semoga tulisan tersebut bisa menjadi amalan kebaikan Kita, dan celakalah jika itu hal yang negatif, karena bisa saja berkontribusi menambah amalan keburukan Kita.
Alhamdulillah, di awal tahun ini Saya dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki semangat menyebarkan hal positif di dunia tulis-menulis. Entah bagaimana caranya, Saya bergabung menjadi bagian dari keluarga Inspirator Academy (untuk bagian ini Saya sangat berterima kasih kepada Meivy dan Mas Brili hehe :D), sebuah tempat dimana orang-orang di dalamnya memiliki semangat untuk menjadi orang-orang yang menginspirasi. Ya, @InspiratorAcd merupakan tempat pelatihan bagi Kamu yang ingin menginspirasi dan berbagi hal positif di ranah public speaking maupun tulis-menulis (menulis buku).
Lucunya, Saya di sini tidak berhubungan langsung dengan hal-hal yang berbau tulis-menulis. Di sini Saya menjadi seorang desainer grafis. Mulai dari membantu membuat material untuk desain publikasi sampai membantu membuat desain cover buku para penulis alumni kelas/pelatihan menulis di @InspiratorAcd dan desain cover buku para penulis program Writing Heroes yang juga bekerja sama dengan ACT. Sebuah hal baru bagi Saya. Menantang. Tapi secara tidak langsung membuat Saya belajar banyak hal baru dan memaksa Saya untuk ‘browsing’ sana-sini, ‘nanya’ sana-sini, dan ‘bereksperimen’ sana-sini sehingga bisa menghasilkan desain dan karya yang semaksimal mungkin.
Hal di atas menjadi salah satu yang membuat Saya semangat untuk menuliskan impian yang cukup gila, menulis buku di tahun 2015. Padahal sekarang sudah masuk bulan Mei, dan 2015 tinggal tersisa 7 bulan lagi. Ya, pada akhirnya kesempatan terbaik gak akan datang 2 kali (kalau datang 2 kali, bahkan lebih, berarti Kamu lagi beruntung. :p). Berada di lingkungan yang mendukung, dan ‘pekerjaan’ yang sesuai membuat Saya harus berhasil menyimpan semangat untuk menulis buku tahun ini. Tahun ini.
Gara-gara nge-desain cover buku orang kemarin-kemarin (sekarang-sekarang pun juga) membuat Saya berazzam, “Mungkin sekarang gw bantu temen-temen buat desain cover buku mereka, tapi InsyaAllah beberapa bulan lagi gw bisa nge-desain cover buku gw sendiri. InsyaAllah.” Aamiin. :p
Jadi, menulis itu untuk apa? 🙂